Wednesday, July 04, 2007

Silaturahmi Sepasang Kakek dan Nenek

Peristiwa ini terjadi sekitar dua minggu yang lalu dalam perjalanan dari Bogor menuju Depok, sepulang menengok ayahanda tercinta. Di suatu halte di sekitar Jalan Pajajaran Bogor, tiba-tiba bis yang kami tumpangi berhenti agak lama. Kemudian naiklah sepasang kakek nenek dengan langkah yang tertatih-tatih. Dalam logat Sunda yang cukup kental si nenek menyuruh suaminya agar duduk. Aku tertegun mengamati mereka. Setelah beberapa lama memperhatikan, tahulah aku bahwa sang kakek ternyata sudah kehilangan penglihatannya.

Seorang ibu yang duduk sejajar dengan bangku tempat kakek dan nenek itu duduk keliahatan bersimpati kepada mereka. Well, sebenarnya semua penumpang dalam bis itu tentu amat bersimpati kepada mereka. Percakapan pun mengalir - dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia yang bercampur-campur.

" Kok berangkat sendirian ? Anak-anaknya kemana Bu ?"
" Iya. Saya ngga punya anak"

Duh !

" Memangnya Ibu dari mana?"
" Habis menengok saudara di Parung. Silaturahmi, Takutnya besok-besok ga ada umur"

Aku menggelengkan kepala. Bukan main pasangan kakek nenek ini. Dalam kondisi fisik yang dapat dikatakan sudah sangat lemah, bahkan salah satunya sudah tidak dapat melihat lagi, masih menyempatkan diri untuk bersilaturahmi mengunjungi kerabatnya. Dengan menggunakan alat transportasi umum, tanpa diantar keluarga yang lebih muda pula. Hanya berdua saja.

Dalam percakapan selanjutnya yang tidak terlalu jelas, karena bersaing dengan deru mesin bis, terungkap bahwa ternyata sang kakek sebenarnya memiliki anak. Mungkin dari istrinya yang lain. Entahlah.

" Dia mah sebenarnya punya anak. Tapi pada ngga mau nganter. Malu kali "

Lagi-lagi aku menggelengkan kepala. Huh, anak-anak tak tahu membalas budi! Aku merutuk sendiri dalam hati. Meskipun aku bukan termasuk anak yang sangat berbakti kepada orang tua, tapi tidak sepatutnya membiarkan orang tua yang sudah sepuh bepergian jauh tanpa diantar.

Buatku, perjalanan itu sungguh luar biasa. Seperti menampar aku yang kalau memiliki waktu luang lebih memilih bersantai di rumah ketimbang bersilaturahmi mengunjungi kerabat-kerabatku. Juga sedikit menyayat hati, membayangkan bahwa jika pada hari tua nanti tidak memiliki keturunan, atau memiliki keturunan tapi tidak mau peduli kepada orang tua, akan seperti itu jadinya. Duh!

Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” [Al-Israa’ : 23-24].

Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyam-bung silaturrahimnya.” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari , Muslim, Abu Dawud, dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu].